Senin, 01 Desember 2008

Perjalanan akhir pekanku yang dahsyat (Part 1)

29 November 2008…Sabtu pagi yang indah...selesai sholat shubuh kembali kupejamkan mata barang sesaat. Masih terasa sisa sisa lelah semalam. Ya..semalam alhamdulillah seminar IT yang kami adakan berjalan dengan lancar dan ditanggapi antusias oleh peserta. Tak lupa saya sediakan doorprize bagi yang bisa menjawab pertanyaan. Doorprize semacam ini sangat efektif untuk menarik perhatian audiens. Senang aja rasanya ketika kita bicara didepan, menjelaskan materi dan mereka dengan serius mendengarkan dan mencatatnya, oh puas sekali rasanya. Mungkin saya ada bakat menjadi seorang dosen kali ya..hmmm who knows...life is easy come and easy go

Kira kira jam setengah sembilan saya terbangun. Teringat kalau sebenarnya malam tadi ada janji untuk nelpon seorang teman yang ada di singapore, ough..sangat tidak nyaman rasanya kalau janji yang telah disepakati tidak dilaksanakan.Segera saya raih handphone LG tipe paling murah yang juga berfungsi sebagai alarm ini. Dengan sisa pulsa yang tersedia saya coba dial dengan sebelumnya menggunakan 01017..tuuut..tuuut (kebetulan handphonenya teman ini tidak ada ring backtonenya). Selang berapa lama ngobrol tiba tiba komunikasi kita terputus, hmm must be something wrong with this. Setelah dicek pulsa..wew tinggal 400 perak. Bah..macam mana ini, bukannya sesama flexi harusnya nggak serakus ini. Anyway, so sorry lona for this inconvenient.

Habis nelpon saya langsung bersiap siap, mengingat besok ada munas IPB di Bogor minimal sore ini saya harus sudah sampe disana.Actually bogor is my second homeland, I love this place and next..I will have my own home here, close to The Botanical Garden...Aminn

Sebelum berangkat kembali saya pastikan kalau semua barang barang sudah masuk ke Box GIVI E-33. Tak lupa mantel untuk memastikan saya tidak basah ketika sampe di Bogor. Jadi ingat masa masa kuliah dulu, payung adalah sama wajibnya dengan diktat kuliah jika ingin ke kampus. Tak lupa pakaian ganti dan acer 4520 tersayang ku tentunya.

"Bismillahitawakkaltu alallohi la hawla wala kuwwata illa billah.." the journey is started. Dengan santai saya lewati kalimalang yang sudah mulai dipenuhi biker biker yang juga ingin menghabiskan akhir pekannya bersama orang orang tersayang mereka. Sambil mengendalikan kegarangan scorpio 225 cc, sempat terpikir untuk singgah kerumah bos dulu. Sejak pindah kos sudah lama juga saya tidak bersilaturrohim kesana. But inti sebenarnya adalah karena saya belum makan pagi sodara sodara hehehe.

Kira kira jam setengah 11 saya sampai di Dukuh Zamrud. Langsung saya belokkan motor menuju Blok S, kediamannya bos. Sesampai digarasi setelah mengucapkan salam, saya langsung disambut wajah lucu Divah. Tapi dibalik wajah lucu nan gendutnya itu juga tersembunyi wajah sangar bapaknya..hmmm like father like daughter.” Udah makan lom gen” tanya bos. “Belum pak”! (kan emang niat mau makan pagi disini hehehe).Selagi menunggu nasi matang, saya asyik menikmati suguhan tipi kabelnya Sibos..hmmm asyiknya ya kalau punya tipi kabel, yang jelas kita akan selalu betah untuk stay didepan tipi

“Berangkat ke Bogor jam berapa gent?” tanya bos lagi. “Habis makan langsung berangkat pak” sambil menambah porsi makanan. “enak aja lu, temenin saya beli jaket dulu” balas bos. “OK bosss..tenang aja..”

Selesai makan ternyata bos tidak jadi membeli jaket karena ada urusan lain, alhasil kira kira jam setengah dua perjalanan pun saya lanjutkan.

Untuk rute kali ini saya ingin melewati Cielungsi-Gunung putri-Cibinong-Bogor. Rencana awalnya saya ingin lewat Depok saja, tapi dalam perjalanan nggak tau feelingnya pengen rute yang lebih jauh aja. Yang jelas it’s not about the distances bro,it’s all about journey. Sampai di Cielungsi saya singgah di salah satu toko aksesori berkendara untuk membeli sarung tangan. Ga kebayang aja kalau tangan ini ga dilindungi, emang Cuma HAM yang mesti dilindungi weh..wehh. Dengan sedikit tawar menawar yang cukup melelahkan, saya dapatkan sarung tangan dengan harga 12 ribu. Tapi dalam perjalanan kok saya ngerasa ga nyaman ya dengan sarung tangan full seperti ini, tangan jadi ga begitu peka untuk memencet rem atau kopling. Bagaikan bintang iklan yang baru disuguhi permen mentos, saya mampir di tempat serpis jok motor. “Mas boleh pinjam guntingnya ga?” Dengan sadisnya saya potong sarung tangan yang baru saya beli sehingga ujung ujung jari bisa bernapas dengan bebas. Hmm ini baru mantaffff

Memasuki kota Cibinong perut ini seakan ingin minta jatah lagi. Terang aja dari pagi baru makan sekali. Perlu diingat bagi sodara sodara yang doyan naik motor jauh, kondisi perut berbanding lurus dengan konsentrasi berkendara. Selain itu perut kosong juga lebih gampang bikin masuk angin. Karena sudah memasuki kota Bogor, saya singgah dulu dikediamannya mas Didit. Beliau ini adalah orang yang sangat berjasa sebagai pembimbing lapangan saya sewaktu Kuliah Praktek di BPPT dulu. Memasuki kediamannya yang sangat asri, pohon dimana mana..huuhh…alam benar benar menebarkan pesonanya. Semilir angin sore dan diselingi oleh gemercik hujan sore di Kota Bogor menambah asrinya hunian mas didit ini. Selang satu jam ngobrol saya pamit untuk melanjutkan perjalanan.

Menyusuri kemacetan kota Bogor, kondisi perut sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Pecel lele adalah makanan kedua yang diolah oleh sistim pencernaan saya dihari sabtu ini. Air jeruk angat masuk membasahi tenggorokan..maknyusssss, energi tubuh kembali muncul.Sambil menunggu hidangan, hp saya memberikan pertanda kalau ada pesan masuk. Mulanya aneh juga, kok flexi Jakarta bisa nerima sms di Bogor ya..bodoh amatlah yang penting gua ternyata bisa berkomunikasi tanpa harus mengaktifkan flexi combo. Ternyata sms dari Bro Fanny,

INFO:Untuk rekan rekan yang mau ikut ngumpul dipuncak bogor malam ini, di villa bro UU, menginap. Jalan dari bescem jam 22:00.sms blk

Bah..ternyata pada mau ke puncak nih, langsung aja saya sms balik

Bro, gw lagi d Bogor ni, bsok ada acara reunian kampus. Ada alamat lengkap villanya?Thanks

Sambil menunggu sms balik saya melanjutkan kegiatan melahap pecel lele yang sungguh nie’mat ini…zumfahh…ana zuzurrr!!!Selesai makan saya langsung ke Hotel Pangrango2, tempat menginap malam ini, oh maap saya perjelas, maksudnya didepannya Hotel Pangrango2 (bisa ga makan sebulan ntar kalau gua nginap disini).

Komplek gunung gede, adalah tempat yang sangat berjasa selama tiga tahun mendidik dan melatih saya untuk hidup sebagai perantau, hidup sebagai mahasiswa. Kedatangan saya disambut dengan ramah oleh mpi, anak ingusan yang sekarang sudah tumbuh menjadi pejantan tangguh ini. Tak lama kemudian datanglah Da Afdan. “Hei lah lamo datang, pas bana mah" (hei udah datang dari tadi?, timingnya pas ni).Setelah ngobrol dia menawari untuk main kerumahnya.”OK da, habis sholat maghrib saya kesana, siapin aja makanan yang maknyuss”.

Berpisah dengan Da Afdan saya gabung sama anak anak motornya Gunung Gede. Chandra dengan Tigernya, Topan dengan Ninjanya dan Fuad dengan Scorpionya. Kira kira selama 1 jam ngobrol sekalian sholat maghrib dirumah Chandra, perjalanan saya lanjutkan menuju rumah Da Afdan, makan gratissss lagii. Sampai dirumahnya tanpa ba-bi-bu lagi saya langsung menyantap ayam goreng bikinan mba wiwin istrinya. Selesai makan saya diminta untuk menemaninya menjenguk salah seorang teman yang lagi dirawat dirumah sakit karena kecelakaan beberapa hari lalu. Kira kira jam 9 malam kita kembali ke komplek gunung gede lagi. Kita mulai bernostalgia sambil melihat poto poto jadul kita, cerita tentang mantan mantan pacar yang sudah pada punya anak,tentang acara acara keakraban yang dulu sangat sering kita adakan dan tentang banyak lagi. Memang nilai esensial dari sebuah kegiatan ber-poto baru kerasa beberapa tahun kemudian, ketika kita sudah tidak bersama orang orang itu lagi, ketika kita sudah tidak tinggal dilingkungan itu lagi.

Kira kira jam 10an setelah mengantar Da Afdan pulang kerumahnya, saya kembali ke komplek gunung gede.Si Topan langsung tanggap kalau saya emang lagi butuh kamar buat istirahat. “Mas nginap di vilbar 3 aja”. Wah rejeki lagi niy, “Ok pan, thanks bro”. Sebelum tidur ada sms masuk, ternyat dari bro fanny

Sorry bro batal, nggak jadi ke bogor.

Yo wiss bro, saya juga dah ngatuk berat. Plung……langsung tidur


Keesokan paginya setelah selesai mandi dan sedikit melakukan update blog, saya langsung meluncur ke kampus IPB Baranangsiang untuk menyicipi bubur ayam Kabita, hmmmm bubur ayam pertama kali yang saya coba dan langsung jatuh hati dengan yang namanya dubur ayam eh salah, maksudnya bubur ayam!!!.Lebih kurang tiga tahun sudah saya tidak menyicipi bubur ayam ini, dan ternyata ditahun 2008 ini rasa masakan khas Cianjur ini tidak terpengaruh sedikitpun oleh krisis global, masih tetap maknyussss. Baru menyantap dua sendok, hp saya berbunyi (aneh lagi ya, flexi Jakarta ternyata tidak Cuma bisa terima sms, tapi juga bisa terima telpon di Bogor). Dan eng..ing..eng..ternyata yang nelpon ririe, perempuan cantik yang sedang menyelesaikan studi kedokteran giginya di salah satu universitas swasta terkenal di kota Padang, perempuan yang kira kira 2 tahun lalu pernah saya temani untuk sekedar berjalan jalan di Kebun Raya Bogor, dan perempuan yang di ulang tahunnya yang ke-19 saya ciptakan dua buah lagu lengkap dengan video klipnya..hmmm termasuk deretan perempuan yang pernah menari nari dalam pikiranku. Apa isi obrolan kita pagi itu???? Heehe rahasia mennn!!!Cukup kita bertiga yang tahu, saya ririe dan malaikat hehehe.

Selesai makan perjalanan saya lanjutkan ke kosan atok, tapi berhubung dia tidak ada maka saya berinisiatif main ke rumahnya audi, Ciawi mennn, dekat puncakk n pasti alamnya maknyuss (emang makanan). Melewati Jalan raya padjajaran mengingatkan kembali akan kenangan kenangan lama. Pernah dimalam yang dingin yang mencekam dengan gemericik air hujannya, saya nganterin Didi sama si Thompson, bule Jerman n Inggris yang lagi liburan ke Indonesia. Hebat ya bule bule itu, umur kita sama, status sama, masih kuliah tapi kalau kita liburan akhir tahunnya Cuma Jabotabek, mereka keliling dunia. Ada juga kenangan terakhir saya ‘ngeguide di Kebun Raya. Waktu jalan sama Julius n pacarnya (dutch) saya disamperin sama polisi kebun raya

“Hei ngapain kamu nganterin bule bule itu, disini kita udah punya pemandu sendiri. Udah tinggalin aja mereka disitu”

Ya…itulah kenangan terakhir saya menjalin persahabatan dengan mereka yang berbeda ras, suku bangsa, agama dan merek be-ha .




















-----me and Julius, bule malang yang lagi sial ama pemandu gadungan--------

Sampai di Ciawi, dengan sisa sisa memori yang ada, saya kembali mengingat ingat lokasi rumahnya Audi. Kira kira 5 tahun yang lalu saya pernah main kerumahnya, tapi kok sekarang semuanya seakan berubah ya. Setelah bolak balik n nyasar nyasar akhirnya saya memutuskan untuk tidak jadi kesana.

Menyelusuri jalan raya Ciawi, disebelah kiri jalan saya melihat tulisan “Perumahan Rancamaya”. Tanpa menyalakan sign kiri, saya belokkan sepeda motor secara spontan. Memasuki gerbang utamanya terpampang tulisan “KENDARAAN BERISIK DILARANG MASUK”, hehe untung Scorpio saya sangat ramah lingkungan. Klakson pertanda ijin masuk saya dengungkan kearah pak satpam yang sedang bertugas, permisi pak, saya salah seorang investor dari Jakarta yang ingin punya villa disini (kurang lebih seperti itu dialog hati saya). Memasuki hunian Rancamaya seakan berada ditengah tengah kedamaian hakiki yang didambakan setiap insan, cieee. Sebelah kiri mengalir sungai sungai buatan dengan diakhiri air mancur yang sungguh sangat menyejukkan hati. Sayang sekali saya tidak membawa kamera karena kebetulan kameranya masih tertinggal ditoko. Melewati lapangan golf nan hijau dan mulus, sesaat pandangan saya terpana melihat pemain golf bersama cewek cewek pendamping yang seksi seksi itu(sebutannya apa ya, kalau ada yang tau tolong diisi di komen ya). Disamping kiri betertengger dengan gagahnya gunung Pangrango (bener ga ya gunung pangrango, kalau ada yang tau tolong dikomen ya), sungguh membuat hati ini tak hentinya berucap “Masya allohh”. Melewati jalan aspal dengan manuver manuver ringan, menambah nikmatnya menunggangi kalajengking hitam yang tak kenal lelah ini. Dari kejauhan saya melihat bangunan tinggi putih nan megah. Dari arsitektur yang belum jadi saya bisa tebak kalau itu adalah bakal mesjid, masya alloh..ternyata tidak Cuma rumah yang megah disini, rumah allohpun juga. Setelah mengelilingi mesjid saya terus lajukan sepeda motor mengiringi keinginan hati….Dan sekarang, disini.. dengan notebok dipangkuan, Scorpio ku yang lagi beristirahat, angin pagi Rancamaya yang berhembus ringan, jejeran pepohonan rindang yang dengan liukannya membius pandangan setiap insan,diiringi lantunan syahdu musisi legendaris dari Jerman, Scorpio….listening to the wind…of change…

Selang satu jam beristirahat, merenggangkan otot otot yang kaku dan juga menyelesaikan satu halaman blog, saya memutuskan untuk turun. Sampai didepan Mall Ekalokasari, saya teringat kalau disini ada food court dengan masakan khas sundanya. Tak dinanya lagi, nasi timbel lengkap sebagai menu makan pagi menjelang siang saya hari itu. Habis makan nasi timbel perjalanan saya lanjutkan kekosan ade, teman waktu kuliah yang lulus dengan predikat Cum Laude. Memasuki lingkungan kosnya adalah tantangan sendiri untuk biker kawakan seperti saya. Posisi turunan jalan yang hampir tegak lurus dengan belokan belokan tajam memaksa saya untuk beristighfar tiada henti,dan akhirnya saya berhasil memarkir sepeda motor didepan kosannya. Bertemu dengan teman lama setelah sekian lama berpisah menyuguhkan kenikmatan tersendiri. Itulah cita rasa abadi dari sebuah persahabatan. Selang ngobrol beberapa lama rasa kantuk siang mulai menyerang dan akhirnya saya terkapar selama satu jam. Bangun tidur kondisi tubuh kembali stabil, selesai sholat zuhur kembali saya lanjutkan perjalanan pulang.

Rute pulang rencana awalnya adalah Bogor-Depok-UKI-Kalimalang-Nyampe rumah. Awalnya saya mau singgah dulu di rumah atuak (kakek) yang tinggal di Depok. Sampai di Depok saya terbawa arus lalu lintas sehingga rencana awal kerumah atuak tidak jadi dan saya terseret sampai ke Pasar Minggu.

(bersambung..lagi banyak kerjaan)

4 komentar:

  1. satu comment gw tong.. kenalin dong ma bule'nya.. hehehehe

    BalasHapus
  2. makasih ya gen... dah mau maen ke kosan yang masih kumuh seperti dulu, tapi di sisi kumuh terdapat kenangan yang ga kan pernah di lupakan.

    seneng banget, klo denger temen2 dah pada sukses di bidngnya masing2...

    semoga sukses slalu untuk semua.. trutama genta..

    BalasHapus
  3. Thanks juga de, ditunggu blognya ;)

    BalasHapus
  4. Ternyata di komen dipostingan lain oleh ama, pendamping orang main golf itu sebutannya "Caddy"

    BalasHapus