Senin, 23 Februari 2009

Bab 4

Ini bab 4 nya. Bab 1 ada disini
---------------------
“Wanay, kita keliling Kota Bunga bentar yuk”

Tawaran Viona belum sempat saya tanggapi ketika tangannya meraih lengan jaket kulit saya untuk disuruh mengendarai motornya, dengan sang Lady duduk dibelakang.

“Gua masih capek na, ntar aja gimana?”

“Udah biar gua pijitin dari belakang”
Keras kepalanya tak mampu mendengar letihku. Selang beberapa menit dari villa Bro UU kami sudah sampai di salah satu kawasan perumahan elite di puncak, Kota Bunga. Beragam hunian dengan gaya arsitektur majemuk seakan menjanjikan ketenangan jiwa insan yang berada disana. Semua serba mewah dan wah. Sambil melepas helm full facenya, membiarkan rambut lurusnya dengan liar menari mengikuti hembusan angin, Viona riang menyanyikan lagu Jordin Sparks yang sangat digilainya, No air. Hembusan angin dingin puncak terasa lembut ketika jaket kulit memberikan perlindungan ekstra terhadap kulit saya yang tidak begitu tebal, beda dengan bang Jopie yang berbadan gempal. Memasuki gerbang utama, salah seorang security Kota Bunga meminta kami menunjukkan kartu identitas. KTP Viona terpaksa ditinggal dulu sebagai jaminan supaya kami bisa dengan bebas masuk dan menikmati perpaduan arsitektur alam dan manusia. Bisa dibilang sempurna.

Little Venice menjanjikan nuansa Venesia yang terkenal dengan sungai sungai yang menyatu dengan kota dan juga berfungsi sebagai jalur lalu lintas utama. Viona ngotot minta ditemani mencoba perahu kecil yang memang untuk disewakan.

“Wanay yang baik, kita naik perahu bentar yuk?”Erang nya manja. Sumpah saya tidak bisa menolak karena saya juga ingin mencoba. Sensasi berada disalah satu negara Eropa benar benar terasa ketika kami mengarungi sungai sungai buatannya. Saya jadi teringat suasana di film “The Italian Job” ketika terjadi kejar kejaran antara polisi Venesia dengan segerombolan pencuri menggunakan motor boat. Kegirangan Viona menikmati alam membuat saya turut larut dalam suasana ini.

“Nay lagi dimana?” tanya bang Jopie di telepon. Sempat muncul sedikit keraguan untuk berterus terang mengingat sebelum berangkat kami tidak menitip pesan pada siapapun. Viona tampak berpikir keras menemukan alasan yang tepat.

“Lagi nemenin Viona nyari pom bensin bang, tangkinya dah mau kosong”

“O ya, gua kira lo masih ketinggalan di Kalimalang hahaa. Santai aja bro, kita memang lagi ada acara bebas, tapi ntar malam harus sudah pada ngumpul jam setengah delapan. Kalau telat siap siap aja lo push up”

“Thank’s bang, tenang aja”

Viona cekikikan mendengar alasan klasik yang saya berikan. Jadilah hari ini kami nikmati dengan tanpa beban sedikitpun. Selesai berpuas puas mengeksplorasi miniatur Venesia, karena hari sudah mulai sore kami berinisiatif untuk mengelilingi Kota Bunga sambil menceritakan mimpi masing masing.

“Gua pengen nanti punya villa disini na, ga usah yang mewah mewah. Yang penting bisa buat kumpul dengan anak dan istri di akhir pekan”.
Karena helm yang kami gunakan dihubungkan dengan sebuah kabel menuju sebuah microphone kecil yang masing masing menempel persis didepan mulut, dilengkapi dengan sepasang earphone mungil yang terpasang disisi kiri-kanan helm, lagi lagi hasil kreatifitas kami berdua tiga bulan lalu, sehingga percakapan yang dilakukan bisa dengan lancar tanpa harus menganggu konsentrasi berkendara.

“Keren juga lo dah mikir sampai ke keluarga segala. Gua aja lom ngebayangin gimana kalau dah jadi istri orang dan punya anak, huhhh”

“Kalau gua kan cowok na! Gimana juga gua adalah pemimpin buat anak istri nantinya, siap atau tidak, bersedia atau tidak. Kalau lo sebagai cewek boleh boleh aja sih mikir kayak gitu, tapi jangan terlalu memandang cuek. Ngomong ngomong lo masih betah aja ‘ngejomblo. Kalo ga salah dah hampir lima bulan kan sejak lo putus ama Ricky?”

Ricky adalah tipe cowok protektif dan posesive yang tidak mau Viona aktif dalam klub motor. Teman satu kampusnya itu hanya diberi waktu satu bulan bersama Viona setelah akhirnya diputuskannya. Setelah putus, Viona buru buru kekosan saya dan menumpahkan tangisnya seperti anak kecil yang baru nyadar kalau permen lolipopnya yang baru dua hisapan jatuh ke tanah. Cewek terkadang aneh, walau untuk sekelas Viona yang tomboy ini. Dia yang minta putus, dia juga yang nangis, bukannya untuk putus adalah keinginannya sendiri? Tak tau lah.

“Oh iya ya dah lima bulan, ga pernah kepikiran lagi sih. Saat ini gua sangat nyaman dengan dunia brotherhood dan pertemanan yang tidak ada batasannya. Anak anak CISCO mengerti gua yang kadang suka berlaku seenaknya, malah kadang suka bertingkah kayak anak kecil. Kalau ada manusia yang bisa mengkombinasikan formula persahabatan dalam percintaan menjadi satu ramuan yang kental, gua jamin tuh pasangan akan awet selamanya. Gimana menurut lo, mister filsuf yang kadang suka berfilosofi ga jelas?”

“Cinta dan sahabat menurut gua adalah sesuatu yang coherence. Bisa dibilang kebanyakan cinta diawali dari persahabatan. Bagi gua seyogyanya terlebih dahulu seorang pasangan harus memandang pasangannya sebagai seorang partner, seorang mitra sejati yang bisa dijadikan tempat berbagi dan bercerita. Jika pandangan itu sudah tertanam, barulah cinta mengalir dan menyirami sehingga mereka bisa hidup dan menghidupi dengan kekentalan cinta yang lo maksud tadi. Bener na, kombinasi formula persahabatan yang ditanam didalam cinta”

“Kabar calon istri lo gimana sekarang, apa dia dah punya cowok lagi?”

Pertanyaan spontan Viona kembali memaksa ingatan saya terhadap Keke, perempuan feminis berkerudung yang sebelumnya sempat mengisi ruang kosong hati saya setelah akhirnya ruang itu dia hancurkan sehingga menyisakan kehampaan dan kehambaran, pahit. Viona adalah salah satu sahabat yang menjadi tempat saya menumpahkan kesedihan atas kegagalan rencana hidup berumah tangga yang sudah kami rancang sebelumnya.

“Ga tau na, gua dah lupa ama dia”

“Ga usah segitunya kalee”

“Untuk saat ini gua mau konsen ama impian impian gua dulu. Tapi kalau gua kebanyakan mimpi lo bantu bangunin gua ya hehehe”

“Kebanyakan mimpi sih lo hahaha, ngebut dikit napa”

Spontan saya tarik gas yang membuat Viona sedikit terjungkal sehingga punggungnya terpental ke box GIVI tipe 45 yang terpasang kokoh dibelakang. Tanpa ampun jemarinya meremas pinggang saya hingga membuat laju motor seakan tak terkendalikan.

“Sialan lo ngerjain gua!!!”

“Ampun naaa…ampuuuuunn. Sakit tau!!”

Sembari mengibaskan jemari Viona yang nyaris merontokkan tulang pinggang saya, reflektif jemarinya saya genggam dan lingkarkan dipinggang saya, terasa hangat dan erat. Viona hanya terdiam dan manut aja. Kami sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dikejutkan oleh iring iringan motor secara zig zag yang sempat membuat saya kaget dan terbangun dari mimpi. Mimpi siang bolong di Kota Bunga

“Nyari pom bensin kok malah ke Kota Bunga” teriak bang Jopie yang kebetulan juga sedang roolling thunder bersama bro Fanny, bro Budi, bro Somad dan bro Ino.

Dari spion kiri sempat saya perhatikan wajah Viona yang merona merah disertai gelagat yang salah tingkah. Untuk menetralkan suasana saya pancing bang Jopie untuk ber free style ria.
“Pegangan na!" Suuttt.
Ban depan terangkat setinggi 50 cm dan tubuh saya pada posisi sedikit jongkok. Viona yang sudah siap dan terbiasa dengan free style kesukaan saya ini langsung menginjak jok belakang sambil berpegangan pada kedua bahu saya sehingga kami berdua berdiri dengan hanya bertumpu pada ban belakang.

“Berani ga bro, medan bagus sayang ni kalau cuma dianggurin”

Bro Fanny yang memang paling lihai memainkan roda depannya langsung unjuk gigi. Stang trail keluaran Renthal diputar kekiri ketika roda depan sudah naik membentuk sudut 90 derajat dengan aspal. Kaki kanannya dipindah ke sisi kiri sehingga keseluruhan tubuhnya hanya bertumpu pada step sebelah kiri. Terus terang untuk mampu lulus dengan gaya seperti ini, bro Fanny mesti mengorbankan sepasang sign depan dan siku mulusnya sebagai tumbal.
Bang Jopie menarik tuas gas tanpa ampun pada posisi persneling 2 dan menimbulkan vibrasi pada kedua step ketika jarum rpm menyentuh angka 10 ribu, torsi maksimal. Di kecepatan 70 km/jam, 10 meter didepan kami, bang Jopie menghentikan laju kendaraannya melalui cakram depan secara spontan. Kontan ban batlax ukuran 150/70 yang melilit roda bagian belakang dengan malas malasan terangkat, atau tidak kelihatan terangkat. Gaya gravitasi mengalahkan gaya dorong karena massa benda terlalu besar. Kami hanya tertawa menyaksikan sang ketua gagal memberikan contoh ber free style pada anggotanya.
Beberapa jam kemudian kami terpaksa harus meninggalkan Kota Bunga secara paksa ketika salah seorang petugas mendatangi kami untuk menghentikan keributan yang kami buat. Untung KTP Viona bisa diambil dan kami lansgung melaju kebawah, menuju villa yang akan menjadi saksi pengambilan keputusan rapat koordinasi malam ini. Keputusan yang bisa membawa anggota CISCO terjebak dalam bahaya.

12 komentar:

  1. Bos ne fiksi bkn seh??

    BalasHapus
  2. Gw tebak endingnya, tar lu ma viona mkin dkt ujung2nya jadian,klasik bgt seh...
    (Jgn smpe gtu ya endingnya)
    Gen bkin certa yg beda dong yg susah d tebak ma org..certa yg simple tp bkin penasaran..

    BalasHapus
  3. alur ceritanya fiksi ma, tapi gua berusaha menampikan tokoh dan latar yang NYATA.

    Usul lo keren banget, gua jadi mikir ulang lagi tentang proses romance nya. Kayaknya gua bakal menghadirkan karakter baru yang bakal jadi sama pameran utamanya. Bisa saja nanti karakternya adalah karakter tipe cewek idaman gua ;)

    Thanks banget ma

    BalasHapus
  4. bab 4nya.....ceritanya kan lagi pendekatan ....si cowoknya terlalu berfilosofi soal cinta ya? bahwa persahabatan dan cinta itu coherence bla bla bla he he....
    kalo jadi ceweknya sih gw bakal bosen dikuliahin filosofi gitu.....mungkin pandangan loe tentang cinta itu bisa diselip-selipkan aja lewat contoh kasus atau pengalaman terdahulu si karakter utama aja sih....ciao ma men!!!

    BalasHapus
  5. Mas dudi, kalau dibilang pendekatan kayaknya kurang pas, karena di bab2 dan bab3 dijelaskan bahwa mereka berdua teman akrab yang sangat akrab.
    Mungkin benar kalau ceweknya bakal bosan di kasih kuliah filosofi, apalagi filosofi tentang cinta yang tentunya setiap orang punya persepsi berbeda.
    Thanks banget atas sarannya mas, ditunggu saran dan kritikan berikutnya

    salam

    BalasHapus
  6. viona tu ad beneran??? bagian ni ceritanya dah ketebak.

    klo g malah lebih penasaran ma cerita para bikersnya terutama ma bagian "saksi pengambilan keputusan rapat koordinasi malam ini. Keputusan yang bisa membawa anggota CISCO terjebak dalam bahaya" gantung banget tuh?

    ni saran aja ya, gmn klo cerit bikernya lebih ditonjolkan disisipi beberapa kisah cinta, romance, dll dari tokoh utama atw dari bikers yang laen...

    keep writing bro.,,.

    BalasHapus
  7. Viona itu tokoh imajiner ki, tapi gua sebenarnya terinspirasi sama salah seorang biker cewek pengendara scorpio dari bekasi barat. beberapa bulan lau gua pernah baca profilnya di salah satu majalah otomotif.

    OK, memang gua ingin memfokuskan di komunitas bikernya, tentunya harus ada romace dan actionnya. sekarang lagi nyusun kerangka2 nya dulu. big thanks bro...

    BalasHapus
  8. Dapat dari chat dengan salah seorang teman:

    11:29] ghy2_aaf: persahabatan bisa jadi cinta?
    [11:29] ghy2_aaf: gtu?
    [11:29] ghent_wow: yap
    [11:29] ghent_wow: some time tidak, tapi so much time YA
    [11:30] ghy2_aaf: tapi aq pnah bca..
    [11:31] ghy2_aaf: kalil gibrab pnya..
    [11:31] ghy2_aaf: janganlah mengira bahwa cinta datang dari persahabatan yang lama
    [11:31] ghy2_aaf: dan rayuan yang tiada henti
    [11:32] ghy2_aaf: cinta sejati adalah buah pemahaman spiritual, yang jika ia tidak bisa tercipta dalam wktu singkat
    [11:33] ghy2_aaf: ia tidak bisa di ciptakan dlm hitungan tahun, atau bahkan seabad penuh selamanya.
    [11:34] ghy2_aaf: tapi bisa aja jadi cinta
    [11:34] ghy2_aaf: klo si viona nya brubah jadi cewek idaman qmu
    [11:35] ghy2_aaf: brarti muncul karakter bru tp orang nya ttp itu juga
    [11:35] ghent_wow: sbanrnmya pengennya nanti viona akan tetep jadi teman
    [11:36] ghent_wow: untuk mendukung romacentya, akan ada karakter baru yg muncul
    [11:36] ghent_wow: itu yang sedang lagi dipikirkan
    [11:36] ghy2_aaf: hmmm..
    [11:37] ghy2_aaf: kl aq sih pengen nya gpp jadi ama viona
    [11:37] ghy2_aaf: tp mulai ada cinta itu pas dya mulai brubah
    [11:38] ghent_wow: berubah maksud na
    [11:38] ghy2_aaf: misalnya dari tomboy trus jadi feminin gtu
    [11:38] ghy2_aaf: kan kt kalil gibran
    [11:38] ghent_wow: iya...
    [11:39] ghy2_aaf: cinta itu bisa tercipta dlm wktu yg singkat
    [11:39] ghy2_aaf: bukan krna udah bersahabat lama2
    [11:39] ghent_wow: karena?
    [11:40] ghy2_aaf: karena bgtu viona brubah
    [11:40] ghy2_aaf: nah itu dya yg d blg chemistry
    [11:40] ghy2_aaf: muncul deh cinta itu
    [11:40] ghent_wow: hmm..
    [11:41] ghy2_aaf: nah.. sejak saat itu..
    [11:41] ghy2_aaf: mulai deh persahabatan tadi jadi aneh
    [11:41] ghent_wow: ok..
    [11:41] ghy2_aaf: and ternyata tnpa d sadari viona dya udah dalem bgt juga ternyata feel nya
    [11:43] ghent_wow: ok...great stuffs
    [11:43] ghy2_aaf: hahahaha..
    [11:43] ghent_wow: berati data log chat kita hari ini harus saya copy deh
    [11:43] ghy2_aaf: hahahaha..
    [11:44] ghy2_aaf: eh temen aq mnta BB nya..
    [11:44] ghy2_aaf: udah dlu yah
    [11:44] ghent_wow: ok, thanks ya
    [11:44] ghy2_aaf: aq chat nya pke hp temen nih..
    [11:44] ghent_wow: ough
    [11:44] ghy2_aaf: nyobain black berry nya..
    [11:44] ghent_wow: siip, salam buat temennya
    [11:44] ghy2_aaf: hihihihi...
    [11:44] ghy2_aaf: ok
    [11:44] ghent_wow: ada yg murah...blue barry
    [11:45] ghy2_aaf: hahahaha...
    [11:45] ghy2_aaf: :-h
    [11:45] ghent_wow: bisuak bisuak disambuang baliak

    BalasHapus
  9. panjangnyaaa..
    kLo udah dibukukan yah maz baru adek baca...??
    hehehe
    mknya cpt2 dterbitin yah..
    dtunggu Loh..
    smangad!!

    BalasHapus
  10. panjangnyaaa..
    kLo udah dibukukan yah maz baru adek baca...??
    hehehe
    mknya cpt2 dterbitin yah..
    dtunggu Loh..
    smangad!!

    BalasHapus