Senin, 24 November 2008

Bicara efektif tanpa harus 'ngeles (Refleksi diri sang penulis)

Hai..
This monday morning was not so blue. Yap pagi ini bos dengan alis sangarnya langsung nanyain tentang progres lemburan sabtu kemaren

BosYangAlisnyaSangar: "Gen, gimana progress HRC" (Human Resources Capital) - program ke-HRD an
AnakBuahYangCiutLiatAlisnyaSiBos: "Sudah saya email pak"
BosYangAlisnyaSangar: (alisnya tambah keliatan sangar dan mulai menyerupai tanduk) "Saya tanya progressnya gimana, bukan nanya kamu dah ngirim email atau belum!!"
AnakBuahYangMakinCiutLiatAlisnyaSiBos: "Oh iya pak, untuk form form tertentu udah 100%, tapi ada beberapa form yang belum fix dikarenakan kendala non teknis"
BosYangAlisnyaSangar: (alisnya langsung berubah kembali menjadi alis) "OK!..siiippp gitu dong cui "

Sering dalam interaksi keseharian kita tidak menyadari kalau budaya 'ngeles' itu sudah mendarah daging pada diri kita. Selalu ada usaha supaya pendapat kita dulu yang harus didengarkan, maksud dan tujuan kita dulu yang harus dibahas dan hal lain yang sejenisnya, tanpa kita memperhatikan maksud, tujuan dan inti dari orang yang berkepentingan.

Kalau kita diposisikan sebagai orang yang bertanya, gimana rasanya kalau kita bertanya tentang A tapi malah dijawab dulu dengan B-C-D terus baru ke A (ini yang dinamakan 'ngeles). Pasti kita akan kesal kan, atau bisa jadi malah pertanyaan kita juga dijawab dengan pertanyaan. Biasakanlah untuk efektif dalam berkomunikasi tanpa mengurangi seni berkomunikasi itu sendiri

2 komentar:

  1. Setiap orang apakah itu Bos, manajer, bahkan staf pernah ngalamin yang namanya Bad Mood. Mungkin aja si Bos baru "dapet", eh maap ya Boss... maksud saya mungkin lagi Bad Mood. Sehingga dalam bertanyapun nggak harus pake nada tinggi sambil ngangkat alis, padahal bisa aja kan tanyanya pelan-pelan biar yang ditanyapun nyambung alias connect-nya gampang, sehigga nggak terjadi tuh yang namanya ditanya A malah jawab B or C or D. Mungkin aja yang ditanya ketakutan ngeliat alis si Bos atau kaget denger suara si Bos yang keras.



    Lepas dari itu semua tergantung kitanya juga sih.. dalam berkomunikasi apakah disertai dengan positive thinking atau sebaliknya. Hal tsb akan berpengaruh dengan kesimpulan yang diperoleh dari percakapan/komunikasi yang berlangsung.

    Maap ya Boss..

    Piss (^_^)V

    BalasHapus
  2. its true
    its your opinion and never wrong about opinion people
    he he he
    be good and be better

    klik
    www.thebhatanks.wordpress.com

    you sure know me

    BalasHapus