Senin, 19 Januari 2009

Nikahan Eko dan oleh oleh Buitenzorg

Perjalanan weekend ini dimulai hari Sabtu pagi kemaren, tepatnya tanggal 17 Januari 2009. Rencana awal adalah menghadiri acara QCC (Quality Circle Convention) Day yang diadakan perusahaan. Kalau bisa dapat door prize lagi kan lumayan, seperti tahun kemaren saya dapat 1 buah helm full face kyt, mantappp!!! Dikarenakan sesuatu dan lain hal, maka saya tidak jadi ke acara tersebut, dan haluan saya arahkan ke Jakarta, menemui sang Bunda dan ponakan ponakan yang lagi lucu lucunya.

Sampai di Jakarta kira kira pukul setengah sebelas dan saya langsung ke dapur untuk mencari makanan. Kalau amak (mother) tau saya berkunjung, biasanya dimasakin makanan yang bener bener "padang" banget. Jadilah siang itu saya makan gulai daun singkong + jengkol beserta goreng ikan masnya. Bener bener masakan orang tua adalah masakan terbaik. Setelah istirahat siang dan ngobrol-ngobrol ala keluarga, sorenya jam 4 saya langsung berangkat ke Bogor memenuhi undangan salah seorang sahabat sewaktu kuliah dulu, Eko namanya. Berhubung berangkat dari arah Cempaka Putih, saya mengambil jalur UKI - Pasar Minggu - Depok - Cibinong - Bogor. Syukurnya, selama dalam perjalanan tidak ada hujan yang bisa mengganggu kenyamanan berkendara. Benar benar sebuah anugrah illahi atas perjalanan ini. Padahal kenyataannya seminggu belakangan Jabodetabek selalu diguyur hujan. Kemacetan pun bisa dibilang jarang ditemui. Cerita dalam perjalanan kurang lebih sama dengan cerita cerita perjalanan saya sebelumnya.
Memasuki kota Bogor nan menyimpan seribu kenangan, adzan maghrib terdengar sahut menyahut, mengusir setan dan iblis yang berkeliaran mencari mangsa. Segera saya bergegas menuju Komplek Gunung Gede yang telah membesarkan perasaan dan kedewasaan saya selama hidup di Bogor. Ludi, teman lama yang juga salah seorang pendiri Yamaha Scorpio Club Bogor, sedang duduk santai dengan istrinya ketika saya datang. Memang sejak menjadi anggota klub Scorpio, saya sudah lama ingin bertemu dengannya sekadar untuk sharing dan bercerita.

"Motor gua udah dijual gen"
"Laku berapa Lud?"
"Lumayan laku Rp...dibeli ama teman sendiri sih. Pokoknya kalau tentang Scorpio gua udah khatam, lo tanya apa aja deh gua jabanin hehehe"
"Mantap Lud, kita sholat dulu deh bro."

Habis sholat Ludi langsung ngajakin nyicipin ayam goprek (gini ya tulisannya), bersama istrinya dan mas Heru. Rumah makan yang berlokasi di Indraprasta itu benar benar nyaman, apalagi yang nongkrong rata rata para pasangan cinta. Kasihan ya yang jomblo ini. Jam terbang touring dan aktifitas klub Ludi yang memang jauh lebih banyak tidak saya sia siakan. Apalagi kalau bukan untuk menambah referensi novel saya. Tak terasa sudah satu jam lebih kita ngobrol disana. Selanjutnya kita kembali ke Komplek Gunung Gede untuk melanjutkan obrolan seputar kehidupan di komunitas pecinta sepeda motor dan segala tetek bengeknya. Motor kok ada "tetek" nya, tanya kenapa.

Bogor, atau dutch menyebutnya Buitenzorg, berarti tempat yang berada disisi luar kota (waktu itu Batavia) dengan hawa yang sejuk dan nyaman. Memang para penjajah Belanda jaman dahulu sudah merasa gerah tinggal di Batavia(Jakarta) karena suhunya yang panas, sehingga mereka mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Kurang lebih seperti itu definisi Buitenzorg yang saya terima dari Julius, salah seorang bule Belanda yang sempat kenal dengan saya sewaktu masih tinggal di Bogor. Pagi hari di Minggu ke tiga di 2009 ini membuat saya berada dalam deja vu yang luar biasa di kota hujan ini. Setelah makan bubur ayam Kabita di kampus kita dulu (dulu...baru nyadar kalau sekarang saya dah mulai tuek, ooo menyedihkannnn). Habis makan bubur ayam yang sangat maknyus itu, saya langsung saya ke kosan ato untuk bersiap siap berangkat ke kondangan Eko.

Sampai dikosan Ato, kembali jutaan kenangan kebersamaan dan persahabatan kita terlintas dalam ingatan. Ato termasuk salah seorang yang sering saya repotkan sewaktu kuliah dulu, terutama untuk mengerjakan tugas. Kami yang notabene selalu satu kelompok, dan dia adalah anggota kelompok yang paling rajin. Dan anda bisa tahu sendiri siapa anggota kelompok yang paling pemalas waktu itu, orang lagi ngerjain tugas dia malah main gitar atau tidur....hahahaha. Disamping sering bantu saya ngerjain tugas, Ato juga pernah mempercantik lagu ciptaan + video clip yang pernah saya garap kira kira 3 tahun lalu, untuk seseorang yang spesial tentunya ;)

Sebelum melihat Eko duduk di pelaminan, Ato dan YayangnyaAto ngajakin saya karaokean di salah satu mall yang cukup terkenal di kota Bogor. Tak mungkin saya menolak tawaran ini saudara saudara. Baru tau kalau sekarang ternyata di TimeZone juga ada fasilitias karaokenya. Kalau ga salah 1 lagu=2 koin (1 koin=2500 rupiah). Dengan semangat berkobar dan menyala nyala langsung saya pesan lagu "Stan"nya Eminem, bolak sana bolak sini, eh taunya ga ada. Yo wiss, saya nyanyiin lagu Jet aja, Look What You've Done. Puas menghibur dinding kedap suara yang kokoh menopang ruangan kecil berukuran 2x2 meter itu, perjalanan ke acara Eko kami lanjutkan. Ato saya minta sebagai penunjuk jalan sehingga saya ngikutin dia dari belakang.

Kira kira jam setengah 12 siang kami sampai di acara nikahan Eko dengan tidak begitu sukses. Kenapa, karena beberapa kali kami harus mutar balik karena salah membaca peta. Disana saya bertemu dengan teman teman kuliah dulu, seperti Ilhamsyah (G63103043), Riki bedul (G631030), Evi (G631030) Ama (G63101056), Ronald (G63103019), Nyoman (G63103034), Ato (G63103010) dan saya tentunya (G63103011). Kalau ada Nrp nya yang salah tolong segera lapor ke mba Rahma di bagian akademik ya ;)). Selesai berpoto poto, kita berencana untuk kumpul kumpul di salah satu rumah makan yang berlokasi di depan kampus kita dulu. Tapi setelah dirundingkan lagi, beberapa teman ada yang ngusulin kalau kita ke BNR (Bogor Nirwana Residence) aja, katanya sih disana alamnya asyik dan ada live music nya juga. Hmmm...boleh juga, udah lama ga tampil ni.
Saya yang memang belum pernah main ke BNR praktis tidak tahu jalan kesana. Saya harus rela ngebuntutin mobilnya Riki dari belakang dan sedikit harus sabar dengan kemacetan yang sudah lumrah. Istilah untuk Bogor sebagai kota seribu angkot kayaknya masih melekat. Memasuki lokasi salah satu perumahan elite ini sedikit mengingatkan saya pada perjalanan beberapa bulan lalu ketika mengunjungi Perumahan Rancamaya yang berlokasi di Ciawi, sedikit ada kesamaan. Tapi bedanya juga banyak loh, seperti kalau di Perumahan Rancamaya ada lapangan golf beserta para caddy yang bohai bohai, ditambah dengan nuansa pegunungan yang sangat jelas terlihat.



Sampai dilokasi, loh kok pentasnya sepi.
"Live music nya kalau malam minggu aja gen" terang Evi.

Hmmm...sorry buanget buat para penggemar yang udah dari tadi pengen ngeliat aksi panggung saya nih...sorry ya hwe hwe hwe.

Kira kira dua jam kita disana, mereka pada makan ayam goprek, saya cuma minum kopi panas, maklum udah bulan tua, maka kita sepakat untuk mengakhiri reunian ini.
Kira kira jam 4 tepat, saya sudah berada diatas my Black Scopie, lengkap dengan pakaian ala biker sejati, helm full face, sepatu kulit tinggi sebetis, sarung tangan, jaket tebal + pelindung dada dan masker kain untuk filter debu jalanan. Perjalanan pulang juga sangat lancar dan aman. Tidak ada kemacetan dan guyuran hujan. Benar benar perjalanan ini telah diberkahi oleh yang maha kuasa. Sampai di kota Cikarang kira kira pukul setengah 7 malam. Deretan pabrik dan kendaraan alat alat berat terlihat menyatu dengan tata kota.Sungguh telah menjadi icon daerah ini.

Oh ya, sampai di Cikarang saya tidak langsung pulang, tapi ke kosan salah seorang teman dengan nama Joko, untuk membicarakan tentang ekspedisi yang akan saya adakan pada long weekend ini (sabtu - minggu - senin). Mas Joko akan menjadi pemandu saya nantinya menelusuri belantara hutan rimba di Lampung sana. Saya akan meng-capture alam dan kehidupannya, khususnya seputar bajing loncat atau begal atau apalah namanya itu. Sebenarnya ada beberapa latar inti dari novel saya nantinya, yaitu didaerah Cikarang , kawasan Puncak, dan belantara hutan perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan, sarangnya bajing loncat dan garong. Mas Joko ini dibesarkan ditanah Lampung sendiri sehingga dia punya banyak informasi dan informan tentang data dan fakta yang sedang saya butuhkan.

Tunggu cerita ekspedisi ke Lampung di postingan berikutnya guys...

Minggu, 18 Januari 2009

This Semester

Minggu pertama semester ini terasa cukup melelahkan, apalagi mata kuliah yang saya ikuti tergolong cukup rumit dan njelimet. Musim hujan yang mulai unjuk gigi agar jangan menjadi alasan untuk tidak mengikuti kuliah. Berikut mata kuliah yang saya ambil di semester ini

Artificial Intelligent -> Pertemuan pertama senin kemaren tidak bisa saya hadiri berhubung hujan lebat yang sangat. Tapi berhubung yang ngajar Mr. Rila Mandala, Ph.D, pasti mata kuliah ini akan sangat menyenangkan.

Object Oriented Programming -> Untuk mata kuliah ini, insya alloh tidak ada masalah karena memang berhubungan dengan kerjaan sehari hari. Diajar oleh Mr. Rila Mandala, Ph.D

Computer Graphic and Animation -> Karena kebetulan untuk saat ini saya banyak bermain di programming (routine task), terus terang saya tidak punya keahlian yang bisa dibanggakan untuk graphic and animation. Flash dan yang berbau animasi...hmmm kayaknya harus satu kelompok dengan orang orang yang punya hobbi dan kompetensi dibagian ini. Yang ngajar adalah Ms. Sandy Darmowinoto, MIT...masih muda menn, cantik lagi. Mis, jangan galak galak ya...

Wireless Computing -> Disini saya kembali bisa melihat senyum dan mendengar tawa Ms. Sandy yang bersinar itu. Karena mata kuliah ini banyak berhubungan dengan networking, maka saya harus belajar banyak dan mereview materi CISCO saya lagi.

Calculus 2 -> no comment deh buat ini, but at least dosennya sangat demokratis. Malah untuk aturan kelas dan penentuan persentase nilai melewati musyawarah kelas dulu. Two thumbs up for Ms. Yunita, kebetulan beliau mengambil S1 - S3 di IPB. Satu almamater ni buk.

Ternyata bonus akhir tahun ini tidak bisa saya jadikan full untuk tuitin fee semester ini. Jadinya SPP baru bisa dibayar sekitar 60%. Memang manusia ya, kalau dah megang duit banyak yang pertama kepikiran pasti sisi konsumtifnya. Makanya NABUNGGGGG!!!!

Jumat, 16 Januari 2009

Belajar menulis fiksi secara otodidak?

Taken from: www.penulislepas.com

Saya seorang yang punya cita-cita jadi penulis, tapi saya belum paham betul tata cara menulis yang benar. Saya juga tidak menenpuh pendidikan sastra atau bahasa melainkan akuntansi.
Pertanyaannya:
Apa dengan belajar otodidak saja cukup untuk jadi penulis (belajar dari buku-buku fiksi yang saya baca, terutama Pramudya)?
Saya juga belum tahu betul letak ketertarikan penulisan saya di bidang yang mana.
Kalau saya mau masuk sanggar/perkumpulan penulis, apakah bisa lebih menjuruskan saya? Kalau itu memang dinilai baik, adakah referensi sanggar yang bisa anda kirimkan kepada saya?
Terima kasih.
Pengirim: Hadiansah (22 tahun)

==========JAWABAN==========
Dear Hadiansah,
Kebetulan sekali, saya dulu juga kuliah di jurusan akuntansi. Banyak penulis lain yang juga bukan dari latar belakang pendidikan sastra/bahasa. Bahkan, banyak lulusan fakultas sastra/bahasa/budaya yang tidak menjadi penulis (khususnya sastra). Mereka justru bekerja di sektor lain.
Menulis adalah keahlian yang bisa dikuasai secara otodidak. Jadi tidak ada masalah, bukan? Saya kira, modal dasar bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis hanyalah sebagai berikut:
Rajin berlatih menulis.
Rajin membaca buku, baik buku-buku teori/kiat penulisan, buku-buku fiksi, maupun buku-buku nonfiksi. Buku nonfiksi yang penting dibaca oleh seorang penulis adalah buku psikologi, jurnalistik dan filsafat.
Rajin berdiskusi dan berbagi pendapat dengan penulis-penulis lain.
Anda belum tahu mengenai kecenderungan penulisan Anda? Lebih tertarik ke mana? Saya kira, ini juga bukan masalah. Mulailah menulis dari apa yang anda sukai. Anda ingin menulis cerpen, atau artikel? Silahkan. Seiring perjalanan waktu, Anda akan menemukan “diri Anda sendiri”. Anda nanti akan tahu, “O, ternyata saya lebih cocok jadi penulis cerpen (misalnya.”
Sanggar atau komunitas penulis bukanlah pabrik yang bisa menyulap Anda menjadi seorang penulis andal. Komunitas penulis yang sebaik apapun hanya bisa memberikan iklim yang kondusif bagi pengembangan karir Anda.
Saya kira, bergabung dengan komunitas penulis adalah sangat baik. Tapi sangat keliru jika kita berharap bahwa komunitas tersebut akan memberikan segalanya bagi kita. Komunitas penulis hanyalah sebuah wadah. Adapun mengenai kesuksesan Anda, tentu motivasi dan kerja keras Andalah yang akan lebih banyak menentukannya.
Tapi memang, ada beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan bila bergabung di komunitas penulis, seperti:
Kita akan bergaul dengan para penulis lain, atau orang-orang yang punya minat yang sama. Kita bisa berdiskusi dan berbagi ilmu dengan mereka soal penulisan.
Biasanya, komunitas penulis juga punya jaringan dengan penerbit tertentu. Ini bisa mempermudah Anda dalam proses penerbitan buku.
Setiap kali bertemu dengan penulis lain, mereka mungkin akan bercerita mengenai tulisan-tulisan terbaru mereka. Ini bisa memacu kita untuk “iri” dan mengimbangi produktivitas mereka.
Dan masih banyak lain.
Salah satu komunitas penulis yang bisa saya rekomendasikan adalah Forum Lingkar Pena (FLP). Info lebih lanjut, termasuk cara bergabung, bisa dibaca di sini.
Semoga sukses, ya…
Jonru

Kiat Menggali dan Mengembangkan Ide Tulisan

Ide tulisan itu sebenarnya ada di mana-mana. Ia bisa datang sendiri tanpa pernah kita undang, atau kita secara aktif mencarinya. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk merangsang datangnya ide. Nah, kalau kita kehabisan ide sebenarnya bisa kita cari.
Misalnya begini : coba kita amati salah satu benda di dekat kita, misalnya sebuah foto. Coba ingat, di mana dulu foto itu diambil, dalam moment apa, kejadian apa yang terjadi ketika itu dst. Dengan cara ini, insya Allah ide demi ide akan muncul di kepala kita dan itu adalah modal yang bagus untuk mulai menulis.

Nah.. sebenarnya ide merupakan sesuatu yang mudah untuk didapatkan. Tapi masalah yang dihadapi oleh sebagian besar penulis adalah…. bagaimana menuangkan ide itu menjadi sebuah tulisan.

Sebenarnya, ketika seorang penulis bingung bagaimana cara menuangkan ide menjadi tulisan, biasanya itu disebabkan di dalam pikirannya penuh dengan beban yang seharusnya tidak ada. Misalnya: dia khawatir kalau tulisan itu nantinya tidak menarik, tidak sesuai EYD, atau dia dibayang-bayangi oleh gaya penulisan dari penulis idolanya dan seterusnya.

Nah… masalah-masalah seperti ini menghantui pikiran si penulis sehingga ia merasa berat ketika menuangkan idenya itu.

Untuk mengatasi masalah seperti ini, sebenarnya si penulis tak perlu memikirkan hal itu. Cobalah menulis dengan sistem bebas. Mulailah menulis sekehendak anda, lupakan semua beban pikiran yang menghantui tersebut. Pokoknya kosongkan pikiran anda dari segala jenis beban apa saja yang muncul di kepala anda. Silahkan langsung menulis.

Dan pada tahap awal ini, upayakan agar anda tidak mengedit tulisan tersebut. Biarkan saja jika bahasanya amburadul, banyak kalimat yang bertele-tele, banyak yang salah ketik, dst. Kalau anda mulai mengoreksi tulisan anda, maka itu adalah awal dari kemacetan berikutnya.

Pada tahap awal penulisan ini, yang paling penting adalah: anda sudah menuangkan semua ide yang ada di kepala anda menjadi tulisan, itu saja. Setelah selesai menulis… barulah baca lagi dari awal. Kalau ada yang berantakan, salah ketik, dst… sekaranglah saatnya untuk merevisi.

Masalah berikutnya seputar ide tulisan adalah: ide yang sudah keduluan orang lain. Maksudnya: kita punya ide ingin menulis tema A misalnya, tapi eh.. sudah ada orang lain yang nulis masalah tsb. Banyak penulis yang langsung menyerah ketika menghadapi masalah seperti ini. Mereka pikir, “Ide saya kan udah diwakili oleh penulis lain. jadi saya bebas deh.”

Padahal sebenarnya itu tidak perlu. Silahkan tulis saja ide tsb. Setiap orang itu pasti unik walau idenya sama. Maka kemungkinan besar ia akan menjadi tulisan yang berbeda, jika ditulis oleh orang yang berbeda. Kembangkan ide yang sama dengan teknik baru, sudut pandang yang berbeda, gaya bahasa yang unik, dst. Tak ada ide yang benar-benar orisinal! Apapun ide yang muncul di kepala kita, pasti ada unsur pengaruh dari ide-ide yang sudah ada. jadi, jangan takut kalo ide kita sama dengan ide orang lain.

Berikutnya…. ide yang klise. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya banyak sekali tulisan yang temanya sangat klise. Misalnya soal kasih sayang ibu pada anaknya, masalah pemerintah yang tak pernah memperhatikan rakyat, masalah cinta segitiga, masalah selingkuh dan masih banyak lagi.

Masalah-masalah seperti ini tentu sudah sering dibahas. Tapi bukan berarti kita sudah tak boleh menulis tema seperti itu. Ide yang paling basi sekalipun akan bisa menjadi tulisan yang menarik jika kita mengemasnya dengan sudut pandang yang baru, dengan gaya yang berbeda, dst. Intinya: tergantung kreativitas kita.

Jonru

Tulisan di atas disarikan dari hasil diskusi penulisan online - via Yahoo! Messenger, tanggal 24 November 2006 lalu, diadakan oleh PenulisLepas.com.

Senin, 05 Januari 2009

My Days

Manusia diciptakan selalu dalam keadaan sibuk, bahkan pengangguran sekalipun, begitu dalilnya. Tapi sibuk yang positif tentunya sibuk yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Lebih jauh, ternyata kehidupan yang saya alami saat ini sudah terpola sedemikian rupa. Secara garis besar saya bisa klasifikasikan berdasarkan skala prioritas sebagai berikut:
1. Nguli

friends of work

Jadwalnya dari Senin sampai Jum'at, masuk jam 7 pagi dan pulang jam 4 sore. Profesi sebagai kuli di perusahaan pembuat knalpot dan lempengan cakram inilah yang membuat semua aktifitas saya bisa berjalan dan termodali dengan baik. Saya bisa kuliah (dengan komitmen bisa nabung 1 juta sebulan) dari nguli. Saya juga bisa beramal jariyah untuk tabungan di akhirat kelak, juga dari jasa nguli. Modifikasi yang memang menjadi hobi saya, untuk saat ini khususnya sepeda motor, juga dari nguli. Perusahaan tempat saya bekerja sangat banyak berjasa. So intinya, syukuri dari setiap inchi yang kita miliki, walau pada kenyataannya prinsip "rumput tetangga selalu lebih hijau" pasti ada dalam benak kita masing masing.


Dion n Rita beside

Cintai pekerjaan walau pada awal kita membencinya. Terus terang waktu kuliah saya sangat tidak ingin bekerja sebagai programmer. Saya malah menyempatkan diri mengambil training CISCO. Sebenarnya bukan karena saya hobi di networking, tapi untuk menutupi kekurangan saya yang memang ga bisa 'ngoding. Tapi sekarang..you see...saya harus mencintai profesi ini, tak tau sampai kapan.
Oh ya, sebenarnya pekerjaan saya adalah penulis loh. Kalau diperusahaan saya menulis di "Microsoft Visual Studio" untuk bikin program, maka dimalam harinya saya menulis di "Microsoft Word" untuk novel. Hehehehe cukup adil lah.



nguli ngelamun



2. Nguliah


Where Tomorrow Leaders Come Together

Jadwalnya dari hari Senin sampai Jumat mulai jam setengah 6 sore sampai jam 9 malam (atau kadang lebih). Satu semester sudah saya lalui di PU. Yang jelas harapan di 2009 ini salah satunya bisa menyelesaikan skripsi dengan lancar. Harus belajar banyak lagi karena skripsi nanti dalam bahasa inggris...god help me!!

3. Ngaji


the most precious


Jadwalnya harusnya tiga kali seminggu, yaitu tiap malam Senin, malam Rabu dan malam Jum'at. Tapi karena kuliah, untuk saat ini saya hanya bisa ikut di malam Senin. Kadang kalau malam Minggu ada acara ngaji tambahan, saya biasanya juga ikut. Sebenarnya sungguh tidak adil jika saya melatakkan 'ngaji' di prioritas ketiga . Jika kita rinci dalilnya, sebenarnya tujuan kita hidup didunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh. Tapi kenyataan yang kita alami selama ini, dalam satu hari kita bisa hitung dan bandingkan persentase kita menikmati dunia dengan segala kesibukannya dengan kegiatan ibadah. Yang jelas, setiap kegiatan yang kita lakukan harus diniati untuk ibadah. Misalnya kerja untuk mencari duit, maka niatkanlah supaya hasilnya itu untuk di sodaqohkan fi sabilillah. Atau buat yang sudah berkeluarga, niatilah profesinya itu untuk menafkahi anak istri sehingga pekerjaan yang kita lakukan itu juga bernilai ibadah.


4. Nongkrong


Keep the brotherhood!!!

Jadwalnya ga nentu, biasanya sepulang kerja sebelum kuliah. Tempat nongkrong utama di bengkelnya si Pedro di pinggir Kalimalang sebelum masuk Jababeka. Disini saya ngumpul dengan teman teman dari CISCO (Cikarang Scorpio Community, bukan CISCO jaringan ya) dan KNC (Kawasaki Ninja Cikarang). Obrolan biasanya seputar modifikasi sepeda motor dan tentang krisis global..hehehe..ngga deh yang ini. Jadwal kopdar rutin CISCO adalah malam minggu. Biasanya kita rolling thunder keliling Cikarang atau menyambangi brothers di kota tetangga. Sisi positifnya sangat banyak, walau bagi sebagian orang keliatannya kayak ngga ada kerjaan. Tapi hal yang paling menguntungkan bagi saya pribadi adalah disini saya bisa dapat banyak referensi untuk novel yang sedang saya buat (sekarang sedang di BAB 5).




Golf @ Jababeka

Teman teman dari CISCO dan beberapa klub motor di Cikarang sangat mendukung. Kami juga berharap novel ini nanti bisa diangkat ke layar lebar...mantap ga bro, kita touring sampai ke Aceh, dapat duit, masuk tipi, terkenall...hahahah...amiinnn.


5. Lain lain


Kegiatan yang tidak terpola ini biasanya di hari Sabtu dan Minggu. Dua hari ini adalah momen yang paling saya tunggu tunggu. Kalau lagi kangen sama orang tua atau ponakan, saya biasanya ke Jakarta atau Karawang. Kalau lagi ingin mencari inspirasi tambahan, saya biasanya naik motor mengikuti feeling, ga tau tujuan. Tapi biasanya endingnya bagus dan memuaskan. Seperti dapat pengalaman baru, tempat wisata baru, makanan baru hingga teman baru. Hmm...weekend ini mau kemana ya???


****************************************

Setelah saya baca lagi, ternyata saya sudah lama melupakan hobbi bermusik yang nyaris hampir merubah jalan hidup saya waktu sma. Sekarang bisa dibilang gitar saya sering nganggur dan tidak ada lagi lagu baru yang tercipta. Terakhir mengarang lagu kira kira dua tahun lalu sewaktu masih dekat dan sangat dekat dengan Ridha. Ironisnya...dia tak pernah mendengarkannya

Jumat, 02 Januari 2009

No Air

Kira kira beberapa bulan lalu sewaktu menghadiri acara yang diadakan Astra Honda Motor di kemayoran, saya terhipnotis dengan lagu yang dibawakan beberapa orang ketika melakukan check sound. Kebetulan sore ini saya lagi nongrong di Nic's cafe daerah Bekasi, dan ternyata sedang diputar lagu yang dimaksud. Langsung aja minta ke mba mba untuk di copy-paste


(Feat. Chris Brown)
CHORD: B - A - C#m - E
Tell me how I'm supposed to breathe with no air
(Jordin)
If I should die before I wake
It's 'cause you took my breath away
Losing you is like living in a world with no air Oh
(Chris)
I'm here alone, didn't wanna leave
My heart won't move, it's incomplete
Wish there was a way that I can make you understand

(Jordin)
But how do you expect me To live alone with just me
'Cause my world revolves around you
It's so hard for me to breathe

[Chorus]
Tell me how I'm supposed to breathe with no air
Can't live, can't breathe with no air
That's how I feel whenever you ain't there
There's no air, no air
Got me out here in the water so deep
Tell me how you gon' be without me
If you ain't here, I just can't breathe
There's no air, no air
No air, air No air, air No air, airNo air, air

(Chris)
I walked, I ran, I jumped, I flew
Right off the ground to float to you
There's no gravity to hold me down for real

(Jordin)
But somehow I'm still alive inside
You took my breath, but I survived
I don't know how, but I don't even care

(Both)
So how do you expect me To live alone with just me
'Cause my world revolves around you
It's so hard for me to breathe

[Chorus]
Tell me how I'm supposed to breathe with no air
Can't live, can't breathe with no air
That's how I feel whenever you ain't there
There's no air, no air
Got me out here in the water so deep
Tell me how you gon' be without me
If you ain't here, I just can't breathe
There's no air, no air
No air, air No air, air No air, air
No air, air
No more
There's no air, no air
Ooohhhhh...

Kamis, 01 Januari 2009

Liburan akhir tahun (Part 2)

30 Desember 2008 pagi, selesai sholat shubuh karena belum ada kabar dari Taufik, saya lanjutkan tidur barang sesaat. Kira kira jam 7 ada sms masuk yang mengatakan kalau dia sudah mencapai Cibinong. Perkiraan saya kira kira 20 menitan lagi dia sudah sampai di kampus IPB Baranangsiang yang berlokasi persis di depan Kebun Raya. Miss communication yang terjadi sempat menjadi intermezo kita dipagi ini. Taufik yang memang tidak begitu kenal daerah Bogor pe-de aja mengabari kalau dia sudah didepan kampus IPB. Selidik demi selidik, ternyata dia menunggu saya di depan kampus IPB Darmaga, mana bisa ketemu. Setelah berkoordinasi cukup lama, akhirnya kita bisa ketemu di depan kantor walikota Bogor.



pastikan semuanya sudah lengkap dan aman

Kira kira setengah jam beristirahat dan sedikit melakukan koordinasi, perjalanan kita lanjutkan melewati puncak. Syukurnya puncak tidak terlalu padat sehingga kami bisa melintasi jalanan dengan lancar dan dengan sedikit manuver manuver sederhana yang cukup menguji adrenalin. Kaidah touring kita junjung tinggi, yaitu hanya melajukan kendaraan maksimal pada 80 km/jam dan mematuhi peraturan lalu lintas. Sebelum sampai puncak pas, kami singgah disebuah warung dibawah pohon rindang untuk menyicipi jagung bakar beserta mie goreng, lengkap dengan segelas bandrek susu. Kira kira setengah jam berikutnya perjalanan kita lanjutkan dengan kondisi tubuh yang sudah fresh lagi.



istirahat dulu bro, ga usah buru buru


Tak terasa kita sudah memasuki daerah Cianjur. Tergoda dengan medan yang sepi dan lurus, saya tarik gas secara responsif sampai menempuh angka 120 km/jam. Wushhhh…tenang…tenang…saya yang memang tidak punya nyali untuk kebut kebutan tidak berani lagi menarik gas lebih dalam walau prediksi saya Scorpio saya pasti mampu menempuh angka 140 atau 150 km/jam. Bukannya tadi peraturannya top speed cuma 80 km/jam? Betul, saya salah! Hehehe…makanya jangan cuma janji doang, mana buktinya!!!


Menuruni jalan Cianjur yang cukup ramai, dikiri kanan bertebaran poto poto para calon pemimpin negeri masa depan. Misi pak, buk…kami hanyalah anak muda yang ingin menikmati dunia ini tanpa tau dan ingin tau tentang perpolitikan di negeri ini. Semoga aja senyum anda anda saat ini bukanlah senyum pengharapan semata supaya dipandang rakyat sebagai sosok pemimpin yang bertanggung jawab. Tapi sebelum anda memberikan senyum termanis anda dalam poster ini, anda benar benar harus tau tanggung jawab besar yang menanti, pesan kami selaku komunitas pecinta alam raya, selamat berjuang untuk Indonesia!!


Rumah Makan Lembur Kuring yang berlokasi dipinggir jalan, membelakangi persawahan hijau dan perbukitan kecil, benar benar memiliki hawa sejuk pedesaan yang semakin menambah nafsu makan saya. Seonggok nasi timbel plus tempat makan yang bertipe lesehan benar benar memanjakan para pelanggan yang datang. Habis makan langsung saya merebahkan diri ditemani hembusan angin sore dan canda ikan mas yang sedang bermain dibawah kita berada. Air mancur buatan dipojok kolam mempertegas keasrian dan kealamian rumah makan tersebut. Kira kira satu jam berikutnya perjalanan kami lanjutkan.



asli, ga rugi kalau singgah disini

hajar bleh..jangan mpe sisa

wehehehehe

Memasuki kota Bandung kami disapa oleh salah seorang biker sana dengan memberikan acungan jempolnya seakan mensiratkan ucapan “selamat datang di Bandung bro, nikmati liburan kalian dikota kecil yang bermartabat ini”. Martabat kota Bandung yang dari dulu digembar gemborkan kami buktikan sendiri ketika memasuki penginapan murah dan bisa dibilang murahan. Dengan biaya 60 ribu rupiah kami menempati kamar dengan kamar mandi diluar. Secara sengaja atau tidak, di kamar yang tidak terlalu besar dan ditemani pengap sisa asap rokok, kami melihat bekas bekas cairan yang mengering di dinding..hiiiii..mengerikan bro. Asumsi kami terhadap pemandangan yang baru kami saksikan semakin diperjelas ketika tengah malam saya dibangunkan oleh suara suara yang agak berisik dari kamar lain, naudzubillahi min dzalik, tempat apa iniiiiii..arghhhhhh



untung satpol PP ga datang kesini


Setelah berunding dengan Taufik, paginya kita putuskan mencari sarapan di daerah Gasibu sebelum melanjutkan perjalanan pulang melewati Purwakarta. Lontong sayur dengan embel embel ‘Padang’ sebagai makanan pembuka dipagi ini. Awalnya sempat bingung mencari jalan keluar menuju Cimahi, tapi bukan petualang namanya kalau cuma keluar dari Bandung aja ga bisa. Teringat pesan kakek-nenek kita jaman dulu, malu bertanya sesat dijalan, segera saya dekati security salah satu factory outlet yang punya tampang cukup sangar. Selesai saya bertanya, sang security memberikan penjelasan lengkap dengan logat sunda khas Bandung yang terkenal sangat sopan itu. “Tararengkiu ak” dan kami langsung bergerak menuju Cimahi.



sarapan pagi di Gasibu, hmmm semalam suara orang lagi ngapain ya ?-


suara apa ya semalam itu...(berpikir keras)


Dalam perjalanan kami singgah di bengkel Yamah karena Scorpio saya sudah harus ganti oli. Baru kali ini saya masuk ke bengkel dengan pelayanan setara hotel, walau cuma untuk sekedar ganti oli, ya ganti oli. Selesai mengisi data data saya dipersilahkan menuju ruang tunggu yang berlokasi di lantai 2 untuk menukarkan voucher dengan makanan. Karena saya hanya ganti oli, maka voucher saya hanya senilai 5000 rupiah, lumayan dapat roti. Sambil menunggu motor saya selesai, kami menikmati tontonan LCD 32 inchi dengan sound systemnya, duduk di sofa yang super empuk sambil melahap majalah majalah otomotif. Awalnya agak nyesal karena saya tidak bawa laptop, disini ternyata juga ada fasilitas hotspotnya. Kira kira setengah jam istirahat disana, kami melanjutkan perjalanan pulang.

Sampai di Jatiluhur kami sempatkan untuk singgah ke waduk buatan yang menjadi sumber energi dari listrik yang kita gunakan sehari hari, waduk Jatiluhur. Liukan jalan dengan tanjakan dan turunan terasa nikmat jika dilahap dengan motor sekelas Scorpio, nyaris tak ada masalah. Melalui kaca spion saya lihat gaya Taufik melahap tikungan denga Meginya. Walau masih menggunakan ban standar, dia punya nyali untuk nikung rebah layaknya Rossi sebelum menempuh garis finish. Setelah membayar tiket masuk, untuk motor 10 ribu rupiah (relatif lebih mahal dari hari biasa karena malam ini adalah malam tahun baru), kami langsung mencari bibir waduk yang maknyus untuk dijadikan tempat melepas lelah. Satu set tikar yang disewa 5000 rupiah langsung menjadi tempat saya merebahkan diri dan mampu membius mata saya untuk terpejam selama hampir satu jam.



set dah... gua masih bingung niy tentang suara semalam


Sambil menyelami alam tidur, sayup sayup saya mendengar alunan…


Malam ini ku sendiri


Tak ada yang menemani…


“Jangan diganggu, kayaknya lagi istirahat” sela salah seorang dari mereka. Pengamen itu membangunkan tidur siang saya hari ini..hufff. Sewaktu bangun adrenalin bermain gitar saya jadi terpacu, maklum udah lama ga main gitar.

“Mas, saya pinjam gitarnya ya, setengah jam aja, saya bayar 10 ribu” Tawaran saya disambut girang oleh pengamen yang beranggotakan lima orang itu. Lagu lagu Nugie dan lagu yang trend dari tahun 2000-2003 saya nyanyikan dengan suara lepas tanpa beban, nikmat dan puas. Tak tau bagi yang mendengar disekitar.


bodoh amat suara apaan, yang penting sekarang kita 'ngerockkk


Jam setengah tiga sore kita melanjutkan perjalanan pulang setelah sebelumnya melaksanakan sholat zuhur dan ashar secara jamak. Memasuki daerah Cikampek kami banyak berpapasan dengan truk truk besar. Untuk menyalib truk truk ini terpaksa saya ambil jalur kiri, ga berani ambil kanan. Di penghujung Cikampek dengan pe-de saya belokkan sepeda motor memasuki tol, untung Taufik segera mengklakson sehingga saya segera putar balik, syukur ga ada pak polisi yang liat…ampun pak polisi SIM ada, STNK ada, uang ga ada hehehe


Sampai di Karawang kami berpisah karena saya mau singgah ketempat kakak dulu. “Tahun depan kita keliling Jawa Barat bro…tunggu kabar berikutnya!!”

Liburan akhir tahun (Part 1)

Libur akhir tahun yang diberikan perusahaan selama lebih dari 2 minggu ini benar benar harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Walau jadwal libur saya sempat ter crop selama 3 hari gara gara diare (lagi), itu tidak mengurangi acara touring ganda yang sudah saya rencanakan jauh jauh sebelumnya dengan Taufik, salah seorang personel HMPC (Honda Mega Pro Club) Bekasi. Rencana awal kita untuk berangkat pada tanggal 26 Desember gagal karena Taufik sedang terkena flu berat. Pagi pagi minggu tanggal 28 Desember, setelah berkoordinasi dengan Taufik, saya berangkat duluan ke Bogor dan menghabiskan beberapa hari disana sampai Taufik sehat untuk kemudian kita melanjutkan perjalanan utama menuju Bandung.

Saya berangkat ke Bogor melewati jalur Uki - Depok – Cibinong – Bogor. Memasuki penghujung Kalimalang, kemacetan lalu lintas sangat terasa karena banyaknya warga yang mengadakan acara kawinan. Jadi teringat rencana awal saya di tahun 2008 ini, kadang malah tambah bersyukur rencana itu belum jadi terealisasi. Setiap cobaan yang kita hadapi benar benar sebuah rahasia illahi yang apabila kita sabar, pasti ada hikmah yang lebih besar menanti. Dalam perjalanan tak hentinya klakson tronton saya berdengung ketika berpapasan dengan biker biker lain yang kebetulan juga sedang liburan. Itulah hebatnya hobbi, tanpa harus tau identitas dan kepribadian masing masing, kita masih bisa tetap akrab walau cuma dengan membunyikan klakson. Antara biker dan pengendara biasa bisa dibedakan dari gaya berkendara dan aksesoris kendaraan. Kendaraan biker biasanya dipadati tempelan stiker dan di sepakbor belakang biasanya tertempel identitas klub masing masing.

Kemacetan di kalimalang

Memasuki Cibinong, panggilan zuhur dan kondisi fisik yang memang masih agak sedikit lemah seakan mengisyaratkan untuk segera mencari mesjid. Setelah memarkir kendaraan dan memasang kunci pengaman ganda, saya langsung menuju ke tempat wudhu. Kesejukan air yang membasahi muka, tangan, kepala dan kaki seakan menghapus kelelahan perjalanan panjang yang dimulai dari pagi tadi. Memasuki pelataran mesjid sambil diselingi sepoian angin senja Cibinong, memberikan kenikmatan tersendiri bagi saya. Berbeda dengan mesjid mesjid pada umumnya, disini saya tidak menemukan tulisan ‘DILARANG TIDURAN DIDALAM MESJID’, sehingga tak heran jika banyak dijumpai orang orang tidur dengan pulas dan damai. “Wah..bisa dipakai buat istirahat siang juga nih” gumam saya dalam hati. Selesai sholat zuhur dan ashar yang dilaksanakan secara jamak dan qasar, saya memesan sepiring siomay untuk sekedar mengganjal perut yang tidak terlalu kosong. Setelah menghabiskan siomay, saya langsung terlelap dengan nyenyak, dan kira kira 1 jam berikutnya perjalanan ke Bogor saya lanjutkan.

Sampai di Bogor saya teruskan menuju Darmaga, kediaman Sano, teman 3 tahun sma saya. Malamnya kita ngobrol panjang lebar dan banyak bernostalgia tentang kegilaan kita di sma dulu. Apa sih yang paling mengasyikkan ketemu teman sma kalau tidak mem-flash back cerita cerita sma? Cerita sma adalah endless story yang setiap waktu bisa kita buka tanpa ada rasa bosan. Kita saling berbagi tentang romansa peristiwa yang pernah kita lalui dan sedang dilalui, tentang teman teman kita yang sudah sukses dan yang sedang menggapai kesuksesan, dan diselingi alunan merdu musik musik kita dulu seperti Padi, Jamrud, Dewa dan sebagainya.

Besok paginya, kita menuju Kebun Raya Bogor yang sangat terkenal sampai kedaratan Eropa itu. Beberapa tahun lalu saya habiskan waktu disini untuk menemani bule bule yang sedang berlibur, yang kebanyakan dari mereka berasal dari Belanda, Jerman, Inggris, dan negara negara Eropa lainnya. Anehnya, kok sekarang tidak begitu banyak ya bule bule yang berkunjung? Biasanya akhir tahun adalah hari liburan bagi mereka yang didaerahnya memang sedang dilanda musim salju. Mungkin krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia salah satu penyebab mereka tidak terlalu berani liburan lintas benua. Semoga aja perekonomian dunia segera membaik as soon as possible…aminn.

cafe de daunan

satu...dua...tiga...jeprett!!!

Setelah menghabiskan waktu seharian, selesai sholat ashar dan setelah sarapan di café kecil di sebelah Pangrango Plaza, kami langsung menuju ke Darmaga. Dalam perjalanan saya menerima sms dari Taufik yang mengkhabarkan kalau kondisinya sudah memungkinkan untuk melaksanakan touring. Malamnya saya mempersiapkan perlengkapan supaya paginya bisa langsung berangkat menuju BANDUNG.